Rabu, 13 November 2013

Pencemaran Air Tanah DKI Jakarta

” PENCEMARAN AIR TANAH DI DKI JAKARTA ” 

   Berdasarkan terjadinya sumber air dalam daur air, maka sumber air dapat digolongkan menjadi air angkasa ( air atmosfir ), air permukaan, air tanah yang terdiri dari air tanah dangkal dan air tanah dalam, serta mata air. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak di perlukan oleh manusia dan semua makhluk hidup di dunia. Keberadaan air harus dapat memenuhi berbagai aktifitas manusia sehari-hari. Air yang dimanfaatkan oleh harus memenuhi persyaratan yang sudah di tetapkan baik secara kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.

Secara kualitas air yang digunakan untuk aktifitas sehari – hari seharusnya memenuhi baku mutu yang didasarkan pada Permenkes RI No. 416/ MENKES/PER/IX/1990. Namun seiring dengan perkembangan zaman, beraneka ragam aktifitas manusia serta berubah nya tata guna lahan menyebabkan kualitas air tanah menurun drastis. Banyak sumber air yang dimanfaatkan oleh manusia tidak memenuhi syarat atau tidak layak dikonsumsi. Banyak sumber air yang tercemar oleh limbah dari aktifitas manusia baik industri maupun rumah tangga. Sebagai contoh tercemarnya air tanah di DKI Jakarta yang sangat memprihatinkan dan perlu perhatian yang lebih karena sebagian besar masyarakat masih memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari.

A. Pencemaran Air Tanah DKI Jakarta.

   Pencemaran air tanah di ibu kota sudah sampai pada tingkat menghawatirkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi DKI Jakarta menyebutkan, air tanah Jakarta baik air sungai maupun air tanah memiliki kandungan pencemar organik dan anorganik tinggi. Akibatnya, air sungai dan air tanah di DKI Jakarta tidak sesuai lagi dengan baku mutu peruntukannya yaitu air minum, perikanan, pertanian dan usaha perkotaan lainnya. Utamanya air tanah sudah tercemar oleh Bakteri Escherichia coli (Bakteri e coli). Bahkan, tingkat pencemaran sudah mencapai 80 persen. Kondisi ini jelas sangat memprihatinkan mengingat sebagian besar warga ibu kota masih mengonsumsi air tanah. Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan warga. Tercemarnya ait tanah tersebut oleh bakteri e coli ini disebabkan oleh limbah rumah tangga seperti tinja. Apalagi, letak sumber air berdekatan dengan dengan tempat pembuangan tinja. Akibatnya, bakteri e coli dengan mudah mencemarai air tanah ibu kota. Selain dari limbah rumah tangga, tercemarnya air tanah di ibu kota juga berasal dari limbah industri namun kapasitas nya lebih rendah dari limbah rumah tangga.

Penyebab lebih banyaknya limbah domestik mencemari sungai dan air dangkal di Jakarta adalah padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk. Selain itu, lanjutnya, buangan industri langsung ke sungai tanpa proses pengolahan limbah. Dari pemantauan terhadap kualitas air sumur gali atau sumur tanah dangkal di Jakarta yang dilakukan Bapedalda DKI, diketahui sebagian besar contoh air yang diperiksa telah tercemar oleh zat - zat kimia seperti zat organik, amonia, dan sebagainya.

Adanya zat-zat kimia tersebut dalam air tanah akan berdampak buruk terhadap kesehatan manusia yang mengkonsumsinya. Sebagai contoh adanya amonia (NH3) bebas menunjukkan terdapatnya hasil dikomposisi dari zat organik. Konsentrasi yang cukup tinggi dari amonia bebas menunjukkan adanya pencemaran yang baru sebagai perkecualian amonium sulfat. Amonia merupakan suatu zat yang menimbulkan bau yang sangat tajam dan menusuk hidung. Jadi kehadiran bahan ini dalam air minum akan menyangkut perubahan fisik dari pada air tersebut yang akan mempengaruhi penerimaan masyarakat. Selain itu terdapatnya zat organik dalam air akan menyebabkan air berbau tidak sedap dan dapat menyebabkan sakit perut, serta korosifitas pada pipa-pipa logam.
(Teknologi Penyediaan Air Bersih, hal 43-44)

B. Dampak Tercemarnya Air Tanah DKI Jakarta

   Tercemarnya air tanah di DKI Jakarta memberikan kerugian yang sangat besar dan berdampak buruk bagi manusia karena derajat kesehatan manusia tidak dapat tercapai. Tercemarnya air tanah oleh limbah rumah tangga maupun limbah industri dapat menyebabkan terjangkitnya beberapa penyakit bagi mereka yang memanfaatkannya, serta tidak bermanfaatnya air tersebut untuk keperluan lainnya. Pencemaran air tanah di wilayah DKI Jakarta yang semakin parah ini membuat air ledeng dan air sumur bor tidak memenuhi syarat air minum. Tingginya pencemaran air mengakibatkan bakteri patogen, seperti E coli, masih terdapat dalam air ledeng. Khusus untuk air ledeng, sumber air atau air bakunya semakin berat. Penyebabnya, bahan pencemar yang mengontaminasi air tanah tidak hanya bahan anorganik seperti plastik, tetapi juga bahan organik yang bila diurai mikroorganisme akan larut dalam air. Akibatnya, pengolahan air baku semakin sulit. Di sisi lain, pihak pengelola air ledeng masih menggunakan pengolahan air tanah konvensional, seperti pemakaian tawas, kapur, dan kaporit. Sedangkan kaporit yang ditambahkan digunakan untuk membunuh bakteri, namun kaporit tidak dapat membunuh bakteri 100 persen masih tertinggal 5 persen. Dan tidak terbunuhnya semua bakteri ini, akan menyebabkan bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang lebih kuat yang menyebabkan dampak negatif terhadap kesehatan manusia.

C. Upaya Penanganan Tercemarnya Air Tanah DKI Jakarta

   Untuk mengurangi dampak negatif tercemarnya air tanah salah satu usaha yang di lakukan adalah adanya program dalam jangka panjang sumur yang ada harus diinventarisasi, sehingga pemerintah mampu membuat program pemantauan permukaan air yang lebih memadai. Upaya penanganan masalah pencemaran air tanah ini dapat terwujud apabila ada kerja sama dan kemauan antara Pemerintah dan dukungan masyarakat. Upaya yang bersifat teknis diantaranya Agar air bebas dari patogen, diperlukan karbon aktif karena kalau hanya menggunakan tawas sudah tidak mampu lagi menghilangkan molekul bahan pencemar. Tetapi hal ini menambah biaya dan jarang dilakukan pengelola air ledeng. Akibatnya, beban masyarakat bertambah karena ada yang terpaksa memakai air minum dalam kemasan yang harganya tidak murah atau masyarakat masih harus merebus air minum sekitar 10 menit sekalipun sudah mendidih. Karena kalau hanya mendidih saja, kemungkinan bakteri patogen masih ada pada air minum.

Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan diantaranya :
1. Pengurangan beban pencemar ke sungai – sungai dengan cara mengurangi bahkan menghentikan frekuensi pembuangan limbah baik dari rumah tangga maupun limbah pabrik.
2. Adanya peraturan untuk pihak pabrik - pabrik harus mempunyai fasilitas IPAL dan mengolah limbah yang dihasilkan terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai karena dapat mencemari kualitas air tanah.
3. Menindak dengan tegas terhadap oknum-oknum yang masih membuang limbah atau sampah ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu.
4. Adanya upaya pembuatan peraturan daerah (Perda) yang mengatur tentang lingkungan hidup dari DPRD setempat.
5. Pemantauan kualitas air tanah dan sumur gali dengan melalui pemeriksaan rutin untuk mengetahui seberapa jauh pencemaran masih terjadi.
6. Pendekatan lain yang perlu dilakukan adalah pemindahan manusia untuk menjauhi sumber air. "Jauhkan pemukiman warga dari sungai," katanya. Hanya saja solusi ini memerlukan pemikiran dan pelaksanaan yang integratif antara masyarakat, pihak ketiga dan pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.suratpembaruan.com, 2005. Pencemaran Air Tanah di Jakarta Makin Parah.
Jati, Waluyo, 1981. Dasar-Dasar Penyediaan Air Minum. Surabaya : Sekolah Pembantu Penilik.
Kemitraan Air Indonesia, 2002. Limbah Domestik Cemari Sungai dan Sumur Jabotabek.
Sutrisno, Totok, dkk, 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
www.tempointeraktif.com, 2004. Kualitas Air Tanah dan Sungai di Jakarta Mengkhawatirkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar